Wiki Buku
Advertisement

Tahun tempoe doeloe... pengalaman Membaca cersil kali pertama. Usia dibawah sepuluh tahun, gila membaca, sayang masa itu, pilihan buku untuk dibaca sangat sedikit. Umumnya, anak kecil, lebih tertarik dengan cerita bergambar.

Seperti lazimnya candu, jika sudah nagih, apa pun dikerjakan. Dengan sangat berat hati, Bukek siansu milik kakak, mulai dibuka lembarannya.

Sukar sekali menyelesaikan satu jilid. Begitu sampai di halaman 5, terpaksa mundur ke halaman sebelumnya. Cia sin long itu siapa, yang mana orangnya? Nama nama asing sulit sekali dingat dan diasosiasikan dengan dialog atau aksi yang tertera dihalaman.

Sempat menyerah untuk beberapa lama, tapi apa boleh buat, akhirnya dilanjutkan lagi. Dan seperti belajar naik sepeda, istilah istilah asing sin tong, sinkang, ciang hoat etc. menjadi terbiasa dan bukan menjadi kendala lagi.

Dipadu dengan daya hayal anak kecil yang dahsyat, membaca cersil bukan saja mendapat kenikmatan, bahkan mepengaruhi pola kelakuan sehari hari (sempat ikut ikutan berjemur di sinar matahari pagi dan bulan purnama yang katanya mempunyai pengaruh gaib ).

Lepas dari kisah percintaan, atau filosofi yang sulit dimengerti (sekarang baca ulang, tetap tidak paham) , Kho Ping Hoo dengan lihainya memainkan jurus kata kata swat im sinkang, Hui yang sinkang, im yang bu tek cin keng dst., menghasilkan pengalaman mental petualangan yang mendebarkan.

Buku khas yang kecil itu, yang dapat dilipat di saku, ikut pergi ke sekolah, ikut nongkrong di kamar mandi, ikut ke meja makan, ikut pergi kemana kita pergi dan baru diletakkan jika sudah tamat.


Tokoh tokoh karangan Chin Yung, dan Kho Ping Hoo kebanyakan diawali di masa kecil mereka, hingga mudah untuk diasosiasikan dengan pembaca yang umurnya tidak jauh berbeda dengan tokoh idolanya.

Faktor pengikat penarik minat pembaca dikalangan usia muda ini tidak lepas dari: kitab sakti, ilmu yang sudah lama punah (e.g. Thi ki i beng), atau katak merah beracun yang dapat melipat ganda tenaga dalam.

Faktor pengikat lain, bisa jadi disebabkan oleh kisah roman yang lebih menarik dibanding dengan cerpen/novel awam. Mungkin, cerita percintaan akan lebih menggigit jika disertai dengan pedang, golok, bunuh, budi dan dendam.


Pertama kali berkenalan dengan karakter Khu Lung/Gu Long, ketika membaca Pendekar Budiman, waktu itu sudah duduk dibangku SMP.

Bingung membacanya. Ceritanya ruwet. Tokohnya berkesan "Kok, hidup susah banget". Stress dan distress.

Setiap kali selesai membaca satu jilid, rasanya ingin ikut muntah. Tapi terus aja baca karena diiming imingi oleh Ong Li Hoa PoKam.

Kecewanya bukan main, bagian yang ditunggu tunggu muncul dibagian akhir bahkan kitab sakti itu malah dibuang. Ngomel berhari hari, semua persedian kata kata mutiara berhamburan mengutuki penulis.

Usia likuran SD,SMP,SMA biasanya penganut aliran Chin Yung, Kho Ping Hoo, OKT, Yan Mintaraga, Jair, Herman Praktikto.

Karya Khu Lung, saduran Gan KL, Gan KH, dihindari kalo bisa.

Begitu Kuliah, apalagi sekarang, terjadi pergeseran selera. Cersil yang tadinya kita kagumi ketika muda mulai berkesan predictable, terlalu mudah ditebak.

Mulai timbul kekaguman dan rasa salut yang luar biasa terhadap saduran Gan KL, Gan KH dll.

Secara tulus mengangkat topi tinggi tinggi atas kemampuan Gu Long menyusun plot yang kompleks, menggores dialog dialog yang berkesan cerdas, menciptakan tokoh tokoh tiga dimensi yang hidup di sanubari.

Kecanduan membaca mungkin lebih sulit dihilangkan dibanding kebiasaan merokok atau heroin. Walhasil banyak buku fiktif maupun non fiktif yang habis dilalap. Dari dongeng Hans Christian Andersen hingga anthropic principle Stephen Hawking, segala subjek yang menarik baik itu quantum mechanics, Marvel Universe, Spadau Phoenixnya Greg Iles, tidak luput dari minat baca.

Sejauh ini didapati, khusus dibidang fiktif, karya dari pengarang terkenal seperti, Ernest Hemingway, Shakespeare, Thomas Harris, Greg Iles, John Grisham, Dan Brown , belum ada yang dapat menyaingi atau mendekati keruwetan dan keindahan dari karya Gu Long (Penilaian Subjektif of course).

Empat alis, misalnya, ratusan kali sudah dibaca ulang. Boleh dibilang sudah hafal.

Anehnya, bagian yang lucu masih membuat tersenyum, bagian yang sedih masih membuat hati terenyuh. Tidak semua karya tulis mempunyai efek seperti ini.

Silence of the lamb, Hannibal, Da Vinci Code, Angels and Demons, Spadau Phoenix dll, mulai tawar kehebatannya begitu dibaca kali yang kedua.

Sesuatu yang sering diulang, akan bersifat kulino. Banyak membaca, sadar atau tidak, banyak mengenal pola cerita. Suka atau tidak, terbentuk kemampuan untuk menebak alur cerita hingga sulit sekali mendapat hasil karya yang kita anggap benar benar wow.

Karya tulis baru jenis seperti Gu Long sungguh dirindukan keberadaannya.


Advertisement